Sistem cloud yang menawarkan kemudahan dan keamanan untuk data-data, memang menjadi pendorong bagi komunitas bank untuk memindahkan pusat disaster recovery milik mereka ke sistem tersebut. Namun, ada beberapa bank yang masih ragu untuk mengikuti dan mengubah penyimpanannya ke sistem ini.
Salah satu wilayah yang memiliki perkembangan tercepat pada migrasi bank, terutama untuk institusi yang lebih kecil adalah pemulihan data. Banyak bank yang sudah melihat keuntungan besar dengan memindahkan pemulihan data mereka ke dalam sistem cloud. Hal ini juga sudah dibuktikan melalui survei yang baru-baru ini dilakukan oleh Computer Services Inc (CSI) yang dikutip dari halaman banktech.com. Dalam survei tersebut ada sekitar 27 persen bank yang mengatakan kalau mereka sudah merasakan keuntungan besar dengan menggunakan cloud untuk pemulihan datanya atau disaster recovery.
Banyak bank yang tidak ingin menyerahkan kendali karena mereka terlalu sensitif untuk membiarkan data-data mereka keluar dari kendalinya sendiri. Para bankir juga yang disurvei banyak yang khawatir tentang keamanan, kepatuhan, dan kehilangan kontrol jika mereka menerapkan layanan cloud. Padahal ada banyak manfaat yang bisa dirasakan oleh para bankir jika sudah melengkapi perusahaannya dengan sistem ini. Berikut penjelasannya.
Manfaat Disaster Recovery untuk Industri Perbankan
Padahal, pendekatan pemulihan bencana berbasis cloud sudah difasilitasi dengan kemampuan untuk memulihkan permasalahan perlindungan data saja, tapi juga serverm aplikasi, network, dan lain sebagainya secara otomatis. Belum lagi melalui sistem ini, pemulihan bencana bisa dilakukan lebih cepat dari sebelumnya. Bank yang biasanya menggunakan model pemulihan data sekunder biasanya membutuhkan waktu selama 24-72 jam, sedangkan jika sudah menggunakan layanan disaster recovery bisa diselesaikan hanya dalam beberapa jam saja.
Manfaat lain yang bisa didapatkan dari pemulihan bencana adalah bisa mengurangi biaya yang terkait dengan pemeliharaan pusat data sekunder. Jika biasanya bank memiliki salah satu cabang khusus sebagai tempat penyimpanan data, dengan layanan ini bank tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk membangun tempat penyimpanan khusus karena sudah tersimpan secara otomatis dan bisa diakses kapan pun dan di mana pun.
Tidak hanya mendapatkan penghematan biaya untuk tempat penyimpanan data, melalui sistem layanan disaster recovery para bankir juga bisa memangkas biaya lain dari kemampuannya untuk menghubungkan beberapa aplikasi bank. Mulai dari perbankan internet atau akses jarak jauh, tentu bisa lebih dihemat biayanya karena sudah terintegrasi dengan internet.
Lalu Siapa yang Memiliki Data tersebut?
Kepemilikan data memang menjadi isu lain yang bisa muncul ketika bank ingin memindahkan datanya ke sistem berbasis awan. Dalam urusan ini, bank harus yakin untuk menentukan siapa pemilik data setelah berada di pusat data host-nya. Sebelum beralih ke sistem ini,sebuah bank harus mengulas penyedia layanan tersebut menawarkan konektivitas untuk disaster recovery atau tidak sebagai bagian dari evaluasinya. Dalam poin ini, bank juga harus menanyakan fasilitas pencadangan seperti apa yang dioperasikan oleh penyedia layanan jika saja nanti ada gangguan atau kerusakan yang terjadi.
Namun, setelah menimbang pro dan kontra dalam penggunaan sistem cloud dan layanan disaster recovery, lebih banyak lembaga keuangan yang diharapkan bisa memindahkan fungsinya ke sistem satu ini. Sistem ini sangat mudah untuk digunakan, ditingkatkan, dan dikelola. Selain itu, penyedia juga akan mengawasi perangkat keras dan lunaknya sehingga bank bisa memasukan dan mengambil data yang diinginkan kapan pun dan di mana pun.
Ada banyak manfaat yang bisa Anda terima dari Azure site recovery, mulai dari secara otomatis melindungi dan memperbaiki mesin virtual, mengontrol kesehatan sistem, menyusun kebijakan atau kontrol yang perusahaan Anda inginkan, dan uji coba rencana pemulihan tanpa harus mengkhawatirkan dampaknya.