Pandemi Covid-19 memang memberikan imbas yang tidak main-main. Banyak perusahaan yang jatuh bahkan sampai bangkrut. Tidak terkecuali dengan usaha small medium business atau yang biasa disebut dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Meskipun tidak memiliki modal yang besar, UMKM juga memiliki omzet yang sangat kecil. Keterbatasan di masa pandemi membuat pengusaha UMKM tidak berani berinovasi lebih jauh. Namun, bagaimana pun usaha harus tetap berjalan.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), dari 34 ribu pengusaha bisnis kuliner, sekitar 84 persennya mengalami penurunan pendapatan di masa pandemi ini. Catherine Halim, Co-founder dan Marketing Director dari Kisaku mengatakan bahwa penurunan ekonomi ini dinyatakan lebih buruk dari krisis ekonomi pada tahun 1930 oleh International Monetary Fund (IMF). Pada saat itu krisis ekonomi mendapat sebutan The Great Depression. Hal itu berarti krisis ekonomi yang terjadi saat ini benar-benar sangat parah.
Untuk mengatasi hal itu, tentunya usaha UMKM bisa melakukan hybrid channel, yaitu hidup dalam pasar offline (luring) dan juga pasar online (daring). Penggunaan channel online ini bisa sangat menguntungkan mengingat di masa pandemi ini masyarakat lebih aktif berbelanja melalui daring.
Namun, pasar UMKM tentu tidak sebesar pasar milik perusahaan-perusahaan besar. Jangkauan pasar UMKM sangat terbatas, mungkin hanya sebatas toko luringnya yang sebelumnya sudah berdiri. Hal itu akan menjadi penghambat UMKM untuk bisa berkembang sehingga pendapatan yang didapat tidak setinggi yang diperkirakan. Melakukan branding secara daring pun membutuhkan biaya yang sangat besar. Hal yang tidak bisa begitu saja dilakukan oleh UMKM. Meskipun begitu ada jalan lain yang sekiranya bisa membantu UMKM untuk bisa berkembang pesat, yaitu melalui program kolaborasi antar-UMKM.
Kolaborasi yang dilakukan satu pengusaha UMKM dengan pengusaha UMKM lain akan membuat pangsa pasar menjadi lebih luas. Jika sebelumnya satu usaha UMKM hanya memiliki segelintir konsumen, dengan adanya kolaborasi dengan usaha UMKM yang lain, maka konsumen yang tadinya tak tersentuh jadi bisa digapai. Apalagi proses kolaborasi ini dijalankan secara hybrid channel. Pasar yang bisa digapai tentunya menjadi lebih luas lagi. Meskipun masih belum bisa menyaingi pasar yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan besar.
Program kolaborasi ini tentunya tidak hanya menyatukan dua produk atau lebih menjadi satu begitu saja. Manajemennya pun harus sangat kuat. Meskipun awalnya berdiri atas nama masing-masing, tetapi ketika sudah melakukan kolaborasi, maka harus bisa membangun manajemen yang saling bersinergi. Untuk menjaga komunikasi menjadi lebih baik, perlu adanya fasilitas yang membuat beberapa pihak untuk terus terhubung karena adanya protokol kesehatan yang harus dipatuhi selama pandemi sehingga kendala jarak ini bisa teratasi. Misal saja Microsoft Teams yang memiliki banyak fitur di dalamnya.
Microsoft Teams sendiri juga sudah siap untuk membantu UMKM yang terdampak dengan merilis Teams Essentials. Microsoft Teams Essentials ini memang ditujukan untuk pelaku usaha UMKM agar terus berkembang di masa pandemi ini. Hanya dengan Rp 62.600, pelaku usaha UMKM bisa menikmati fitur-fitur terbaik yang disuguhkan Microsoft Teams untuk menjaga kolaborasi UMKM tetap terjaga. Misalnya rapat grup tak terbatas hingga 30 jam yang bisa digunakan untuk rapat dengan pelaku UMKM yang sedang berkolaborasi karena adanya kendala jarak sehingga pertemuan harus dilakukan secara daring. Pengguna juga mendapatkan servis penyimpanan cloud sebesar 10 GB untuk menyimpan data-data yang diperlukan dan juga dukungan telepon dan web di setiap saat.